Konsumsi
boraks dalam jumlah tinggi dapat menimbulkan mual, pusing, kejang dan gangguan
ginjal.
Siapa yang tidak suka bakso yang kenyal dan empuk? Rasanya
sulit untuk menolak makanan satu ini. Tapi tunggu dulu, dibalik kekenyalan
tersebut apakah anda bisa menjamin bahwa bakso tersebut murni kenyal dari
dagingnya atau karena boraks?
Sifat dan Kegunaan
Boraks
merupakan garam Natrium Tetraborat (Na2 B4O7
10H2O) yang berbentuk serbuk kristal putih dengan karakteristik
tidak berbau, dapat larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol serta
mempunyai PH: 9,5.
Sebenarnya
penggunaan boraks sudah dilakukan sejak zaman dahulu namun bukan untuk makanan.
Di China, banyak digunakan dalam pembuatan peralatan dari porselin untuk
memperbaiki struktur atau penampilan. Di Mesir, digunakan untuk pengawet mayat.
Saat ini, boraks banyak digunakan pada kosmetik sebagai antimicrobial, pada
sabun, dan bedak untuk tujuan tertentu serta banyak digunakan dalam berbagai
industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan camera boraks.
Kegunaan
Boraks ini bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan ketupat yang jika digigit akan
terasa lebih kenyal, atau kerupuk yang bila digigit terasa lebih renyah. Boraks
biasanya dijual di toko bahan kimia yang berbentuk seperti gula pasir (powder) atau
penyedap rasa.
Pemakaian boraks untuk memperbaiki
mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada tahun 1993. Di DKI Jakarta
ditemukan 26% bakso mengandung boraks baik di swalayan, pasar tradisional dan
pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7 dari 13
pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01 – 0,6 %
Selain itu digunakan tawas yang
dilarutkan dalam 2 gram/liter air tersebut digunakan untuk merebus bakso untuk
mengeringkan dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa pengolah bakso
menggunakan TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk
menghindari warna bakso yang gelap. Sungguh fakta yang mencengangkan !!
Keamanan
Mengkonsumsi
boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya
terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan
testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap
melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan
dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat.
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat
reproduksi pria.
Boraks
yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing,
muntah, mencret, kejang perut, hilang nafsu makan, demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga
kematian.
Bagi
masyarakat awam mungkin agak sulit untuk membedakan mana makanan yang memakai
boraks dan tidak. Meskipun demikian, sebetulnya kandungan boraks tersebut bisa
dirasakan oleh lidah kita yaitu adanya suatu rasa yang agak getir atau pahit
yang tertinggal di mulut setelah mengkonsumsi beberapa kali makanan tersebut.
Legalitas
Boraks secara jelas dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan
sesuai dengan peraturan berikut :
·
Pemerintah telah melarang
penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui
SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988
·
Boraks juga telah dimasukkan
sebagai bahan tambahan yang dilarang (PERMENKES NO. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan
revisinya pada No.1168/Menkes/Per/X/1999) yang mengatur penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP) yang di dalamnya ada 27 golongan BTP
·
Pelarangan boraks oleh
pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui UU Nomor 7
Tahun 1996 tentang pangan
0 comments:
Post a Comment