Tuesday, 5 May 2015

Mengenal Boraks (Natrium Tetraborat)

Konsumsi boraks dalam jumlah tinggi dapat menimbulkan mual, pusing, kejang dan gangguan ginjal.

Siapa yang tidak suka bakso yang kenyal dan empuk? Rasanya sulit untuk menolak makanan satu ini. Tapi tunggu dulu, dibalik kekenyalan tersebut apakah anda bisa menjamin bahwa bakso tersebut murni kenyal dari dagingnya atau karena boraks?

Sifat dan Kegunaan
Boraks merupakan garam Natrium Tetraborat (Na2 B4O7 10H2O) yang berbentuk serbuk kristal putih dengan karakteristik tidak berbau, dapat larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol serta mempunyai PH: 9,5.
Sebenarnya penggunaan boraks sudah dilakukan sejak zaman dahulu namun bukan untuk makanan. Di China, banyak digunakan dalam pembuatan peralatan dari porselin untuk memperbaiki struktur atau penampilan. Di Mesir, digunakan untuk pengawet mayat. Saat ini, boraks banyak digunakan pada kosmetik sebagai antimicrobial, pada sabun, dan bedak untuk tujuan tertentu serta banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan camera boraks.
Kegunaan
Boraks  ini bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan ketupat yang jika digigit akan terasa lebih kenyal, atau kerupuk yang bila digigit terasa lebih renyah. Boraks biasanya dijual di toko bahan kimia yang berbentuk seperti gula pasir (powder) atau penyedap rasa.
Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada tahun 1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26% bakso mengandung boraks baik di swalayan, pasar tradisional dan pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7 dari 13 pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01 – 0,6 %
Selain itu digunakan tawas yang dilarutkan dalam 2 gram/liter air tersebut digunakan untuk merebus bakso untuk mengeringkan dan mengeraskan permukaan bakso. Beberapa pengolah bakso menggunakan TiO2 yaitu zat kimia yang disebut Titanium dioksida untuk menghindari warna bakso yang gelap. Sungguh fakta yang mencengangkan !!
Keamanan
Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, hilang nafsu makan, demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.
Bagi masyarakat awam mungkin agak sulit untuk membedakan mana makanan yang memakai boraks dan tidak. Meskipun demikian, sebetulnya kandungan boraks tersebut bisa dirasakan oleh lidah kita yaitu adanya suatu rasa yang agak getir atau pahit yang tertinggal di mulut setelah mengkonsumsi beberapa kali makanan tersebut.
Legalitas
Boraks secara jelas dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan sesuai dengan peraturan berikut :
·         Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988
·         Boraks juga telah dimasukkan sebagai bahan tambahan yang dilarang (PERMENKES NO. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan revisinya pada No.1168/Menkes/Per/X/1999) yang mengatur penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang di dalamnya ada 27 golongan BTP

·         Pelarangan boraks oleh pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan

0 comments:

Post a Comment