Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Benzodiazepin
dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan derivat
pertama kali yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan
methaminodiazepokside) pada tahun 1960, kemudian dilakukan
biotransformasi menjadi diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam
(1966), medazepam (1971), lorazepam (1972), klorazepat (1973),
flurazepam (1974), temazepam (1977), triazolam dan clobazam (1979),
ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam,
prazepam (1982), dan alprazolam (1983).
Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang mulai ditinggalkan, Keunggulan
benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi
obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar,
dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepin
telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturat sebagai
premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitorng
anestesi.
Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short acting, long acting, ultra short acting.
1) Long acting.
Obat-obat
ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi
metabolit aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian
dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida
tak aktif.
2) Short acting
Obat-obat
ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu
kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek
sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.
3) Ultra short acting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan
jenis ini. Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan
waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant menentukan lamanya
efek yang terjadi saat penggunaan
Rumus Kimia Benzodiazepin
Benzodiazepin
adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung
gugusan karboksamid dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota
7. Substituen pada posisi 7 ini sangat penting dalam aktivitas
hipnotik-sedatif.
Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin
Efek farmakologi
benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA)
sebagai neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak
mengaktifkan reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A
terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka
dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post
sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit, tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
Farmakodinamik
Hampir
semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan
emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja
yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi
koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan benzodiazepine tertentu
secara iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada
pemberian dosis tinggi).
Farmakokinetik
Sifat
fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua
benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koefesien distribusi lemak
: air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat bervariasi lebih
dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elektronegativitas
berbagai senyawa benzodiazepine.
Semua
benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat;
obat ini cepat mengalami dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi
N-desmetil-diazepam (nordazepam), yang kemudian diabsorpsi sempurna. Setelah
pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin plasma dapat dicapai
dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi benzodiazepin melalui
suntikan IM tidak tratur.
Secara
umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu
paruhnya, dan tidak selalu sesuia dengan indikasi yang dipasarkan.
Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai antikonvulsi harus memiliki waktu
paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam otak agar
dapat mengatasi status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin dengan
waktu paruh yang pendek diperlukan sebagai hipnotik, walaupun memiliki
kelemahan yaitu peningkatan penyalahgunaan dan dan berat gejala putus obat
setelah penggunaannya secara kronik. Sebagai ansietas, benzodiazepine
harus memiliki waktu paruh yang panjang, meskipun disertai risiko
neuropsikologik disebabkan akumulasi obat.
Daftar Pustaka
- Joewana, satya, 2003, Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif : Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2, Jakarta, Penerbit Buku kedokteran EGC
- Gery Schmitz, dkk. (2009). Farmakologi dan Toksikologi. EGC. Jakarta
- Guyton and Hall. (1998). Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
- Goodman & Gillman (2007). Dasar Farmakologi dan Terapi ed. 10. Jakarta: EGC.
0 comments:
Post a Comment